Seorang Muslimah bernama Nidah Kirani
yang tinggal di pondok ki ageng, Tubuhnya dihijabi oleh jubah dan jilbab besar.
Dia seorang muslimah yang taat dalam menjalankan ibadahnya, hampir setiapn saat
ia lakukan hanya semata-mata beribadah kepada tuhannya. Ketaatanya pada agama
membuat dia hampir melupakan masalah lahi/duniawi, sehingga dia berpikir untuk
menegakan syariat agama. Dengan semangat untuk menegakan syariat agama pada
akhirnya dia memutuskan untuk masuk sebuah organisasi yang berambisi untuk
menegakan syariat islam.
Dalam perjalanan nidah kirani dalam
aktivis di sebuah oraganisasi tidak selancar yang dia pikirkan sehingga
menimbulkan kekecewaan nidah kirani terhadap organisasi tersebut. Organisasi
yang dia piker berjalan dalam syariat islam dan menegakan syariat islam
ternyata hanya kebohongan belaka. Dalam kebingungan dia berusaha mencari
kebenaran dan terus bertanya tapi dia tidak dapat jawabanya. Kekecewaan dia
merasa tidak dapat pertolongan dari tuhannya. Dan bahkan dia berpikir tuhan
yang selama ini dia agung-agungkan seperti lari dari tanggung jawabnya dan
tidak mau menjawab pertanyaan dan keluhannya.
Dalam kekosongan itulah dia mulai terjerembab
dalam dunia hitam. Ia lampiaskan dengan free sex dan mengkonsumsi obat-obat
terlarang. Hal ini menjungkir balikan lagi dan kepercayaanya. Karena ternyata
tampang lahiriah tidak menjamin watak asli seseorang, terbukti dengan semua
pria yang telah menidurinya adalah orang yang jika dipandang mata adalah orang-orang
terhormat yaitu yang memiliki tampang ustadz, seniman, bahkan seorang aktivis
pun juga menidurinya. Maka dicarinya pembenaran-pembenaran yang dapat
menguatkan hatinya. Hingga dia pun dapat berdiri tegak, mengangkat dagu, dan
menantang dunia, tuhan, dan realitas. Nidah menasbihkan diri untuk melacurkan
diri. Sebagai bentuk pemberontakannya pada Tuhan terkasihnya. Sepeti yang
tertuang dalam petikan dibawah ini.
“Biarlah aku hidup dalam gelimang
api-dosa, sebab terkadang dosa yang dihikmati, seorang manusia bisa belajar
dewasa”
0 komentar:
Posting Komentar